Selasa, 20 April 2010

Konfrontasi Riwayat Kitab Suci dengan Pengetahuan Modern (PENEMPATAN EXODUS DALAM KRONOLOGI FIR'AUN)


Untuk menentukan waktu terjadinya Exodus kita dapat sampai kepada hal-hal yang positif. Dari semenjak waktu yang sudah lama, orang mengatakan bahwa Meneptah pengganti Ramses II adalah Fir'aun Exodusnya Musa. Maspero seorang Perancis ahli ilmu sejarah Mesir pada permulaan abad XX, menulis pada tahun 1900 dalam karangannya: Petunjuk bagi pengunjung musium Cairo, bahwa "Meneptah, menurut dokumen-dokumen dari Iskandariyah adalah Fir'aunnya Exodus, yakni Fir'aun yang binasa di lautan merah." Saya tidak dapat melihat dokumen yang oleh Maspero dijadikan dasar bagi pernyataannya, akan tetapi reputasi Maspero yang sangat serius mendorong kita untuk memberi nilai kepada apa yang dikatakan olehnya. Selain P. Montet, sangat jarang ahli sejarah Mesir atau spesialis penafsiran Bibel yang menyelidiki argumen-argumen yang menyokong atau menyanggah hipotesa tersebut. Sebaliknya dalam beberapa puluh tahun yang terakhir telah muncul hipotesa-hipotesa yang berlain-lainan yang nampaknya telah dilontarkan untuk menunjukkan persesuaian dengan suatu perinci dalam riwayat Bibel, tetapi pencetus hipotesa itu tidak melihat aspek-aspek lain daripada riwayat-riwayat Bibel. Itulah sebabnya kita mendapatkan hipotesa-hipotesa yang kelihatannya sesuai dengan suatu aspek daripada riwayat Bibel, akan tetapi pencetus hipotesa tersebut tidak mau menghadapkan hipotesanya dengan hal-hal lain yang tersebut dalam kitab suci (bukan saja dengan Bibel) dan juga, pada waktu yang sama dengan hasil-hasil penyelidikan sejarah, arkeologi dan lain-lain. Di antara hipotesa-hipotesa baru yang sangat ajaib adalah hipotesanya S. de Miceli ( 1960) yang mengakui telah dapat menentukan waktu Exodus, yakni pada tanggal 9 April 1495 S.M., dari hal tersebut disandarkan semata-mata kepada perhitungan kalender.

Jika kita mengikuti pengarang ini, maka Fir'aunnya Exodus adalah Tutmes II yang memerintah Mesir pada waktu itu. Oleh karena dikatakan bahwa pada mumia Tutmes II terdapat bekas-bekas penyakit kulit yang dinamakan penyakit lepra oleh pengarang tersebut dengan tak ada penjelasan lebih lanjut, dan oleh karena salah satu penderitaan vang menimpa Mesir vang disebutkan oleh Bibel adalah penyakit kulit, maka dengan begitu, hipotesa S. de Miceli tersebut telah dibuktikan kebenarannya. Rekonstruksi yang aneh tersebut tidak mengindahkan fakta-fakta lain dalam riwayat Bibel, khususnya mengenai disebutkannya kota Ramses. Dengan disebutkan kota Ramses dalam Bibel maka tiap-tiap hipotesa tentang waktunya Exodus yang digambarkan sebagai terjadi sebelum Ramses memerintah adalah sangat lemah. Mengenai bekas-bekas penyakit kulit yang terdapat pada mumia Tutmes II, hal tersebut tak cukup untuk membuktikan bahwa Tutmes II adalah Fir'aunnya Exodus, oleh karena anaknya, yakni Tutmes III dan cucunya, yakni Amenophis II semuanya menunjukkan bekas-bekas penyakit kulit; beberapa pengarang melontarkan hipotesa bahwa penyakit semacam itu adalah penyakit keluarga saja. Dengan begitu maka hipotesa bahwa Tutmes II adalah Fir'aun Exodus tak dapat dipertahankan. Hal yang serupa dicetuskan oleh Daniel Raps dalam bukunya: Le Peuple de la Bibel ('Bangsa yang dibicarakan' dalam Bibel). Ia mengatakan bahwa Amenophis II adalah Fir'aunnya Exodus. Hipotesa itu tidak lebih kuat daripada hipotesa yang pertama. Dengan alasan bahwa, bapaknya, Tutmes III terlalu nasionalis, Daniel Raps mengatakan bahwa Amenophis II adalah penindas orang-orang Yahudi, dan ibu tirinya, yang bernama ratu Hatshep-sout (dengan tidak ada keterangan sesuatupun) adalah wanita yang mengambil Musa dari sungai.

R.P. de Vaux mendasarkan hipotesanya dalam bukunya Sejarah Kuno bangsa Yahudi, bahwa Ramses II adalah Fir'aunnya Exodus atas dasar yang lebih kokoh. Hipotesa tersebut walaupun tidak sesuai sepenuhnya dengan riwayat Bibel, namun mempunyai sesuatu keunggulan yaitu, telah menunjukkan fakta yang penting, yakni bahwa Ramses II telah memerintahkan mendirikan kota-kota Ramses dan Pitom, yaitu kota-kota yang tersehut dalam Bibel. Orang tidak akan menggambarkan bahwa Exodus itu dapat terjadi sebelum Ramses II menjadi Raja, yaitu menurut kronologõ Driaton dan Vandier pada tahun 1301 S.M. dan menurut Rowton pada tahun 1290 S.M. Dua hipotesa yang tersebut di atas tak dapat diterima karena pertimbangan bahwa Ramses II adalah Fir'aunnya penindasan yang dibicarakan oleh BibeL R. P. de Vaux berpendapat bahwa Exodus terjadi pada pertengahan pertama atau di tengah-tengah pemerintahan Ramses II. Datum yang diberikan oleh R.P. de Vaux tidak tepat sama sekali. Ia mengusulkan waktu tersebut agar dapat memberi waktu kepada pengikut-pengikut Musa untuk menetap di Kan'an dan kepada penggantl Ramses II, Fir'aun Mineptah untuk membereskan soal perbatasan ketika bapaknya meninggal dan untuk mengkoreksi Bani Israil, sebagai yang tertulis dalam suatu monumen tahun V daripada pemerintahannya. Ada dua argumentasi yang dapat menyangkal hipotesa tersebut.
  1. Bibel menerangkan dalam kitab Keluaran (2, 23) bahwa raja Mesir meninggal ketika Musa menetap di negeri Madyan. Raja Mesir ini digambarkan dalam kitab Keluaran sebagai raja yang memerintahkan orang-orang Yahudi mendirikan kota Ramses dan Pitom dengan kerja paksa. Raja itu ialah Ramses II. Dengan begitu maka Exodus hanya dapat terjadi pada zaman penggantinya. Tetapi R.P. de Vaux rupanva lupa sumber dalam Bibel, yakni kitab Kejadian fasal 2 ayat 23.
  2. Yang lebih mengherankan lagi, ialah bahwa R.P. de Vaux yang direktur Sekolah Bibel di Yerusalem itu tidak menyebutkan dua paragraf yang sangat penting dalam Bibel ketika membicarakan teorinya tentang Exodus. Dua paragraf tersebut mengatakan bahwa Fir'aun mati dalam mengejar pelarian-pelarian. Hal ini menjadikan waktu Exodus tidak lain kecuali pada akhir pemerintahannya.
Perlu diulangi di sini bahwa sesungguhnya tidak disangsikan lagi bahwa Fir'aun mati dalam mengejar Bani Israil. Kitab Keluaran fasal 13 dan 14 dengan jelas menyebutkan hal ini. Fir'aun mempersiapkan keretanya dan memimpin tentaranya ( 14, 6). Raja Mesir mengejar orang-orang Israil memimpin tentaranya (14, 8). Air laut pasang lagi dan menenggelamkan kereta-kereta dan penunggang kuda daripada tentara Fir'aun yang telah masuk di laut di belakang orang-orang Yahudi. Tak ada seorang pun yang tinggal (14, 28). Pujian 136 daripada Dawud menguatkan kematian Fir'aun, memohon kepada Yahweh, yang menenggelamkan Fir'aun, dan tentaranya dalam lautan yang penuh tumbuh-tumbuhan (136, 15).

Dengan begitu, ketika Musa masih hidup, ada seorang Fir'aun yang mati ketika Musa menetap di Madyan, dan ada lagi seorang Fir'aun yang mati dalam peristiwa Exodus. Jadi tak ada Fir'aunnya Musa, tetapi ada dua Fir'aun, yaitu Fir'aun yang menindas orang Yahudi dan Fir'aunnya Exodus. Hipotesa R.P. de Vaux yang mengatakan bahwa Ramses II adalah Fir'aun Exodus tidak memuaskan karena tidak memberi penjelasan yang menyeluruh. Pemikiran-pemikiran di bawah ini akan membawa argumen-argumen tambahan yang menolaknya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar